Senin, 09 Desember 2013

saat tepat tebar pesona

PESTA DEMOKRASI DAN PEMBODOHAN RAKYAT
Saat ini di jalan- jalan banyak ditemukan baliho atau poster yang memajang foto-foto para calan wakil rakyat yang maumewakili di tempat yang terhormat yaitu di DPRD 1, DPRD II, DPR Pusat dan DPD, mereka pasang tampang dengan senyum yang dan bahasa yang merendah yaitu minta dukungan dan doa restu supaya yang menjadi hajadnya dapat terkabul. Dengan pasang baliho, poster di tempat-tempat umum, para calom wakil rakyat ini berharap di kenal oleh massyarakat  pada ujungnya masyarakat mau memilih dia pada pemilu tahundepan.
Tidak itu hannya memasang gambar di tempat-tempat yang setrategis saja, akan tetapi para calon ini juga bersosialisasi langsung di tengah masyarakat, selain itu  para calon ini juga membentuk tiem sukses yang bergerak di dalam masyarakat dan dengan memberikan janji-janji manis di masyarakat Janji itu bisa berbentuk uang tunai atau berupa perbaikan infrastuktur di dalam kampong, tetapi bila masyarakat secara keseluruhan mau memilih dia pada saa pemilu nanti. Dengan pemberian materi pada masyarakat saat mau pemilihan wakil rakyat sebenarnya ini sudah berupa pembodohan kepada masyarakat. Sebenarnya dengan diadakan pemilhan wakil rakyat yang duduk di dewan yang terhormat, ini diharapkan akan memperoleh berupa pembelajaran politik kepada masyarakat oleh Negara lewat para calon wakil yang mencalonkan dirinya menjadi wakil rakyat.
Akan tetapi denga diadakan pesta demokrasi setiap lima tahun bukannya masyakat diberikan pembelajaran politik yang semakin baik, ini dapat dilihat dengan makin bertambahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memelih wakil-wakil mereka di dewan pada tiap tingkatan. Barometer Keberhasila pendidikan politik lewat pesta demokrasi adalah makin meningkatnya partisipasi masyarakat untuk mendatangi TPS dan mengunakan hak pilihnya guna memilih wakil-wakil mereka, tetapi kenyataanya setiap diadakan pesta demokrasi di tiap tingkatan parti sipa si masyarakat untuk mendatangi TPS guna mengunakna hak pilihnya semakin rendah. Dengan ini semua pasti ada yang salah denga penyelenggaraan pendidikan politik lewat pesta demokrasi.
Semua itu terjadi, yaitu makin rendahnya partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada saat diadakan pesta demokrasi, sebenarnya ini sudah menjadi catatan bagi pihak penyelenggara, sebenarnya ini ada apa dengan makin rendahnya partisipasi masyarakaini. Mungkin salah satunya penyebab rendahnya partisipasi masyarakat saatdiadakan pesta demokrasi adalah kurangnya masyarakat diikutsertakan  dalam setiap tahapan pemilu iti sendiri, sehingga mereka merasa enggan mendatangi TPS-TPS. Selain itu masyarakat sudah jemuh dengan seringnya diadakan pemilu, akan tetapi para wakil sering terjerat korupsi atau seringnya pemilu di tiap tingkatan. Ini bila dihitung dari pemilihan kades, bupati, gubenur, pilek, pilpres, maka hamper setia sekali dalam setahun masyara kat terlibat dalam pemilihan tersebut.
Dengan kenyataan tersebut, sekarang para calon wakil rakyat mengunakan jurus baru guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu dengan memberi sejumlah materi asal masyarakat mau memilih ia dalam pemilu nanti, memang denga pemberian materi kepada masyarakat, partisipasi sedikit meningkat , walaupun tren penurunan masih tinggi. Akan tetapi dengan pemberian materi kepada calom pemilih sebenarnya ini tidak mendidik melainkan pembodohan kepada masyarakat, dengan pemberian materi ini caloan pemilih menjadi apatis dan menjadikan praktek korupsi makin mengila pada periode yang akan datang dan kualitas wakinya pun mereka tidak tau asal mereka mendapatkan materi ya mereka pilih dan apabila tidak member ya maaaf. Ini lah realitas didalam masyarakat seriap akan diadakan pemilu. Ini memang seperti sibuak malakama, kok bisa begitu, yaaaa, mereka yaitu calon pemilih dan calon wakilnya saling membutuhkan dimana sang calon ingin jadi dan si pemilih ingin mendapatkan materi walaupun ini akan menjerumuskan mereka dalam kegelapan yang terja selama lima tahun. Kok bisa terjadi , apabila yang jadi wakil atau pemimpin mereka sudah memberikan sekian maka sang wakil atau pemimpin pastinya akan minta imbal balik modak yang sudah di keluarkan pada saat pemilihan lalu. Maka mereka akan menghalalkan segala cara untuk mengembalikan modal mereka. Maka dengan memberika materi kepada calon pemilih ini sudah melakukan pendidikan politik yang keliru kepada kepada masyarakat, sehingga masyarakat hanya mau memilih yang memberikan materi bukannya ia dipilihena kualitasnya, maka saat masyarakat tidak mendapatkan materi maka ia tidak mau memilih. Sedang kualitas pemimpin di suatu daerah di tentukan oleh calon –calon pemilih bila pemimpinya buruk mak bisa dipastikan pemilihnya juga buruk. Inilah relitas negriku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar