PESTA DEMOKRASI DAN
PEMBODOHAN RAKYAT
Saat ini di jalan- jalan banyak ditemukan baliho atau poster yang
memajang foto-foto para calan wakil rakyat yang maumewakili di tempat yang
terhormat yaitu di DPRD 1, DPRD II, DPR Pusat dan DPD, mereka pasang tampang
dengan senyum yang dan bahasa yang merendah yaitu minta dukungan dan doa restu
supaya yang menjadi hajadnya dapat terkabul. Dengan pasang baliho, poster di
tempat-tempat umum, para calom wakil rakyat ini berharap di kenal oleh
massyarakat pada ujungnya masyarakat mau
memilih dia pada pemilu tahundepan.
Tidak itu hannya memasang gambar di tempat-tempat yang setrategis saja,
akan tetapi para calon ini juga bersosialisasi langsung di tengah masyarakat,
selain itu para calon ini juga membentuk
tiem sukses yang bergerak di dalam masyarakat dan dengan memberikan janji-janji
manis di masyarakat Janji itu bisa berbentuk uang tunai atau berupa perbaikan
infrastuktur di dalam kampong, tetapi bila masyarakat secara keseluruhan mau
memilih dia pada saa pemilu nanti. Dengan pemberian materi pada masyarakat saat
mau pemilihan wakil rakyat sebenarnya ini sudah berupa pembodohan kepada
masyarakat. Sebenarnya dengan diadakan pemilhan wakil rakyat yang duduk di
dewan yang terhormat, ini diharapkan akan memperoleh berupa pembelajaran
politik kepada masyarakat oleh Negara lewat para calon wakil yang mencalonkan
dirinya menjadi wakil rakyat.
Akan tetapi denga diadakan pesta demokrasi setiap lima tahun bukannya
masyakat diberikan pembelajaran politik yang semakin baik, ini dapat dilihat
dengan makin bertambahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memelih
wakil-wakil mereka di dewan pada tiap tingkatan. Barometer Keberhasila
pendidikan politik lewat pesta demokrasi adalah makin meningkatnya partisipasi
masyarakat untuk mendatangi TPS dan mengunakan hak pilihnya guna memilih
wakil-wakil mereka, tetapi kenyataanya setiap diadakan pesta demokrasi di tiap
tingkatan parti sipa si masyarakat untuk mendatangi TPS guna mengunakna hak
pilihnya semakin rendah. Dengan ini semua pasti ada yang salah denga penyelenggaraan
pendidikan politik lewat pesta demokrasi.
Semua itu terjadi, yaitu makin rendahnya partisipasi masyarakat untuk
menggunakan hak pilihnya pada saat diadakan pesta demokrasi, sebenarnya ini
sudah menjadi catatan bagi pihak penyelenggara, sebenarnya ini ada apa dengan
makin rendahnya partisipasi masyarakaini. Mungkin salah satunya penyebab
rendahnya partisipasi masyarakat saatdiadakan pesta demokrasi adalah kurangnya
masyarakat diikutsertakan dalam setiap
tahapan pemilu iti sendiri, sehingga mereka merasa enggan mendatangi TPS-TPS.
Selain itu masyarakat sudah jemuh dengan seringnya diadakan pemilu, akan tetapi
para wakil sering terjerat korupsi atau seringnya pemilu di tiap tingkatan. Ini
bila dihitung dari pemilihan kades, bupati, gubenur, pilek, pilpres, maka
hamper setia sekali dalam setahun masyara kat terlibat dalam pemilihan
tersebut.
Dengan kenyataan tersebut, sekarang para calon wakil rakyat mengunakan
jurus baru guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu dengan memberi
sejumlah materi asal masyarakat mau memilih ia dalam pemilu nanti, memang denga
pemberian materi kepada masyarakat, partisipasi sedikit meningkat , walaupun
tren penurunan masih tinggi. Akan tetapi dengan pemberian materi kepada calom
pemilih sebenarnya ini tidak mendidik melainkan pembodohan kepada masyarakat,
dengan pemberian materi ini caloan pemilih menjadi apatis dan menjadikan
praktek korupsi makin mengila pada periode yang akan datang dan kualitas
wakinya pun mereka tidak tau asal mereka mendapatkan materi ya mereka pilih dan
apabila tidak member ya maaaf. Ini lah realitas didalam masyarakat seriap akan
diadakan pemilu. Ini memang seperti sibuak malakama, kok bisa begitu, yaaaa,
mereka yaitu calon pemilih dan calon wakilnya saling membutuhkan dimana sang
calon ingin jadi dan si pemilih ingin mendapatkan materi walaupun ini akan
menjerumuskan mereka dalam kegelapan yang terja selama lima tahun. Kok bisa
terjadi , apabila yang jadi wakil atau pemimpin mereka sudah memberikan sekian
maka sang wakil atau pemimpin pastinya akan minta imbal balik modak yang sudah
di keluarkan pada saat pemilihan lalu. Maka mereka akan menghalalkan segala
cara untuk mengembalikan modal mereka. Maka dengan memberika materi kepada
calon pemilih ini sudah melakukan pendidikan politik yang keliru kepada kepada
masyarakat, sehingga masyarakat hanya mau memilih yang memberikan materi
bukannya ia dipilihena kualitasnya, maka saat masyarakat tidak mendapatkan
materi maka ia tidak mau memilih. Sedang kualitas pemimpin di suatu daerah di
tentukan oleh calon –calon pemilih bila pemimpinya buruk mak bisa dipastikan
pemilihnya juga buruk. Inilah relitas negriku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar